Suntikan Anti Jamur Tidak Membunuh Jamur
Suntikan Anti Jamur Tidak Membunuh Jamur
Salah Kaprah Suntikan Anti Jamur
Seorang dokter hewan wanita yang praktek di daerah Pondok Indah Jakarta
berkunjung ke Kota kembang Bandung dengan maksud membeli seekor kucing
persia. Kota yang sering macet pada weekend ini, selain terkenal karena
jajaran sejumlah FO (factory outlet) juga terkenal sebagai gudangnya
kucing persia.
Di tempat Cattery, dokter hewan tersebut mulai
berkeliling, mencari kucing umur 2-3 bulan yang paling imut & lucu.
Setengah promosi pemilik cattery berkata " Semua kucing di sini sejak
kecil rajin dimandikan dan diberi vitamin setiap hari, rutin divaksin
dan diberi suntikan anti jamur". Dokter tersebut balik bertanya " Suntik
Anti jamur apaan ?". "Ivomec !" Jawab Si Pemilik Cattery singkat.
Si Dokter Hewan terkejut dan sedikit ragu untuk membeli kucing, karena
resiko kucingnya terkena gangguan ginjal dikemudian hari cukup besar.
Karena dokter hewan, ia mengerti akibat penggunaan ivermectin pada hewan
yang masih muda dan tugasnya juga sebagai dokter hewan untuk meluruskan
salah kaprah yang sudah sangat meluas ini dan memberikan informasi yang
benar mengenai ivermectin.
Dokter hewan tersebut menerangkan
pada pemilik cattery bahwa Ivomec (Ivermectin) bukanlah anti jamur dan
tidak boleh diberikan pada hewan muda berumur kurang dari 2 bulan dan
harus sangat hati-hati diberikan pada kucing berumur kurang dari 4 bulan
karena sifat obat yang dapat merusak hati dan ginjal.
Salah
kaprah seperti ini masih sering terjadi dan tugas seorang dokter hewan
untuk memberikan informasi yang tepat dan benar pada kliennya. Tindakan
seperti ini termasuk dalam Client education, artinya Dokter Hewan juga
bertugas meningkatkan pengetahuan klien mengenai hewan kesayangannya.
Ivomec (Ivermectin)
adalah obat yang termasuk golongan macrolide avermectin. Obat ini
digunakan untuk memberantas parasit, baik itu ektoparasit (kutu, pinjal,
caplak, tungau, dll) atau endoparasit (cacing).
ivermectin
bekerja dengan cara meningkatkan pelepasan Gamma Amino Butiric Acid
(GABA) di sistem syaraf serangga dan otot polos cacing. GABA berfungsi
memblokir impuls syaraf, akibatnya terjadi kegagalan sistem syaraf pada
parasit (parasit seperti cacing dan kutu menjadi lumpuh).
ivermectin mempunyai waktu paruh yang lama, artinya obat ini termasuk
lama berada di dalam tubuh. Sepertihalnya obat-obatan dan racun lain,
semua bahan kimia tersebut dipecah di hati dan dibuang melalui ginjal
atau feces.
Karena ivermectin dipecah di hati dan dibuang
melalui ginjal, sebaiknya tidak diberikan pada hewan sebelum berumur 8
minggu. Organ hati dan ginjal hewan muda belum sepenuhnya berkembang.
Pemberian obat-obatan yang berlebihan ditakutkan akan mempengaruhi
perkembangan organ tersebut.
Jamur (kapang, mold)
Jamur adalah organisme multisel yang banyak tumbuh di tempat dengan
kelembaban tinggi. Karena tidak mempunyai sistem syaraf seperti hewan
dan strukturnya selnya, organisme ini lebih menyerupai tumbuhan.
Jadi salah besar bila ivermectin dianggap sebagai anti jamur, karena
jamur tidak mempunyai sistem syaraf yang merupakan target kerja
ivermectin.
Pada beberapa kasus, penyakit kulit pada hewan
bisa disebabkan oleh beberapa macam penyebab sekaligus, seperti :
alergi, luka, bakteri, ektoparasit dan jamur. Jamur adalah penyakit yang
paling lama perkembangannya dibandingkan penyebab yang lain dan
biasanya berkembang pada bagian yang telah lemah akibat lebih dahulu
terinfeksi oleh penyebab yang lainnya.
Pada kasus ini bisa
saja jamur hilang setelah daya tahan tubuh kembali meningkat karena
penyebab lain yang lebih ganas seperti ektoparasit telah musnah oleh
ivermectin. Tetapi tetap saja ivermectin bukanlah anti jamur !.
Serangan Tungau/kutu mempunyai gejala yang mirip dengan infeksi jamur,
yaitu terlihat adanya kemerahan, kulit berkerak dan kering menyerupai
ketombe dan kerontokan bulu. Jadi jika setelah diberi suntikan
ivermectin (yang sering salah kaprah disebut sebagai suntik jamur)
kucing anda sembuh, berarti kucing anda terserang tungau/kutu. kalau
tidak sembuh juga berarti kucing anda BENAR-BENAR TERSERANG JAMUR !
Referensi : drh. Neno Waluyo S.
Kembali ke Sebelumnya
Radang Telinga (Otitis) pada Kucing
Terdapat berbagai macam kondisi dan sebab yang dapat mengakibatkan
terjadinya radang telinga (otitis) pada kucing. Mulai dari tungau
telinga (ear mite), bakteri, jamur, kanker, alergi, gangguan sistem
kekebalan tubuh, luka, dll.
Secara umum telinga terbagi
menjadi tiga bagian, bagian luar (eksternal), tengah dan dalam
(internal). Otitis dapat terjadi pada salah satu atau ketiga bagian
telinga tersebut. Otitis yang terjadi pada telingan bagian dalam
biasanya bersifat parah dan fatal, dapat mengakibatkan hilangnya
kemampuan mendengar secara permanen.
Otitis yang tidak
ditangani secara cepat dan tepat dapat menyebabkan radang berlangsung
lama/kronis. Pada beberapa kondisi radang kronis ini dapat menyebabkan
tumbuhnya polip. Lebih lanjut lagi polip ini dapat berkembang menjadi
tumor/kanker dan menutup saluran telinga, akibatnya kucing tidak dapat
mendengar suara dengan baik lagi.
Tanda/Gejala klinis otitis
Kebanyakan kucing yang mempunyai masalah dengan telinga terlihat tidak nyaman dan sering kali menggoyang/menggeleng-gelengkan
kepala, mencakar-cakar telinga atau menggosok-gosokkan telinga/kepala
pada dinding, atau atau benda lain. Dari dalam telinga bisa saja muncul
cairan kotor dan kadang-kadang disertai bau tidak sedap. Cakaran atau
goyangan kepala yang terus menerus dalam jangka waktu lama dapat
menyebabkan hematoma pada telinga (aural hematoma). Hematoma adalah
penggumpalan atau penumpukan darah di telinga akibat pecahnya pembuluh
darah yang terdapat pada daun telinga. Telinga yang mengalami hematoma
terlihat dari tanda-tanda seperti bengkak, dan terasa hangat bila diraba
dan terasa ada penumpukan cairan di bawah kulit telinga.
Diagnosa penyakit
Metoda yang paling sering dan mudah digunakan adalah memeriksa telinga
dengan menggunakan alat yang disebut otoskop. Dengan alat ini dokter
hewan dapat melihat keadaan telinga bagian luar dan tengah termasuk
saluran telinga.
Tes lain bisa saja dilakukan dengan cara
mengambil kotoran yang terdapat di dalam telinga, kemudian diperiksa
menggunakan mikroskop. Dari kotoran tersebut di diketahui kondisi dan
penyebab radang telinga.
Bisakah Otitis disembuhkan ?
Dengan diagnosa penyakit yang tepat, pembersihan telinga secara rutin
dan pengobatan yang tepat dan segera, dalam waktu 2 minggu sebagian
besar kasus infeksi telinga dapat sembuh dan kembali seperti semula.
Beberapa kasus otitis yang disebabkan oleh alergi, gangguan hormon atau
sistem kekebalan tubuh, lebih sulit ditangani dan memerlukan waktu agak
lama untuk mendiagnosanya.
Jika infeksi telah berlangsung
lama dan parah, ada kemungkinan kemampuan pendengaran kucing tidak dapat
kembali seperti semula.
Penyebab Otitis
Banyak hal yang dapat menyebabkan dan mempertinggi resiko terkena otitis, diantaranya :
1. Kotoran.
Sebagian besar kasus infeksi pada telinga berawal dari kotornya
telinga. Kotoran yang terdapat dalam telinga bisa berasal dari luar
(debu, tanah, dll) atau dari dalam telinga sendiri.
Seperti juga
manusia, secara normal telinga kucing memproduksi semacam cairan
berwarna kuning kecoklatan seperti lilin (wax), yang berfungsi menjaga
kelembaban dan kondisi mikroorganisame di dalam telinga. Lilin ini
sering disebut sebagai cerumen. Penumpukan cerumen yang berlebihan dapat
bisa menjadi tempat yang cocok untuk tumbuhnya bakteri atau jamur,
selain itu juga menimbulkan rasa tidak nyaman yang memancing kucing
menggaruk/mencakar-cakar telinga. Garukkan ini menyebabkan luka kecil
yang kemudian dapat berkembang menjadi infeksi.
2. Bakteri & Jamur
Bakteri & Jamur adalah salah satu agen utama penyebab infeksi pada
telinga. Jamur/kapang yang secara normal hidup dalam telinga adalah
Malassezia pachydermatis. Karena sesuatu hal bisa saja terjadi populasi
berlebihan dari jamur ini dan menyebabkan terjadinya otitis.
3. Ear mite (tungau/kutu) telinga.
Tungau/kutu berukuran kecil yang sering menyebabkan otitis pada kucing
adalah dari spesies Otedectes cynotis. Tungau spesies lain yang juga
bisa menyebabkan otitis adalah sarcoptes,demodex dan notoedres.
Tungau/kutu ini sebenarnya tidak hanya menyerang kucing, namun juga
menyerang (terdapat) hewan peliharaan lainnya seperti anjing, kelinci,
dsb.
4. Alergi.
Alergi terhadap serbuk sari, makanan atau
obat-obatan juga dapat menyebabkan otitiss. Kucing alergi biasanya
menunjukkan gejala penyakit lain seperti kulit gatal ,dll. Tetapi bisa
saja gejala alergi yang muncul hanya berupa otitis saja. Makanan
hipoalergenik bisa membantu dalam menentukan dan mengendalikan alergi.
5. Gangguan hormon.
Penyakit-penyakit yang menyebabkan gangguan hormon dapat menekan sistem
kekebalan tubuh. Kekebalan tubuh yang berkurang menyebabkan berbagai
penyakit mudah muncul salah satunya adalah infeksi telinga. Pemeriksaan
darah di laboratorium kadang-kadang diperlukan untuk mendiagnosa otitis
yang disebabkan gangguan hormon.
6. Tumor/polip.
Tumor/polip dapat saja tumbuh di telinga atau saluran telinga.
Tumor/polip ini bisa muncul sebagai akibat infeksi telinga yang
berkepanjangan.
7. Bentuk telinga
Bentuk telinga yang
terlipat/menutup seperti pada ras kucing scottish fold mempertinggi
resiko terkena otitis. Bulu yang tumbuh berlebihan dalam telinga juga
meningkatkan resiko terkena otitis. Oleh karena itu kucing-kucing dengan
bentuk telinga atau bulu panjang dan berlebihan yang tumbuh di telinga,
memerlukan perhatian dan perawatan lebih dibanding kucing lainnya.
Pengobatan
Tindakan pengobatan yang dilakukan berbeda-berda tergantung penyebab
otitisnya. Obat tetes telinga yang mengandung antbiotik dan anti radang
bisa diberikan bila terjadi infeksi bakteri dan pembengkakan.
Obat tetes telinga yang mengandung anti ektoparasit atau injeksi obat
golongan avermectin (ivermectin, selamectin, dll) bisa diberikan bila
otitis disebabkan oleh ear mite atau ekto parasit lain. Pemberian
obat-obatan ini harus mengikuti siklus hidup parasit tersebut.
Pencegahan
Selalu memeriksa kebersihan telinga kucing secara teratur. Bersihkan
telinga kucing secara rutin. Cairan telinga normal berwarna
bening-kuning kecoklatan. Bila berwarna coklat tua atau berbau busuk,
kemungkinan besar kucing menderita otitis.
Referensi : drh. Neno Waluyo S.
Kembali ke Sebelumnya
Ear Mite (Tungau) pada Telinga Kucing dan Hewan Lain
Ear mite (tungau telinga) adalah sejenis kutu yang sering menyerang
binatang (anjing, kelinci, hamster, marmut, gerbil, musang, mencit,
tikus, kucing, dsb). Spesies tungau yang menyerang telinga kucing adalah
Otodectes cynotis. Tungau ini biasanya hidup dipermukaan saluran
telinga tetapi bisa juga ditemukan di bagian tubuh yang lain.
Tungau yang menyerang telinga kucing dalam jangka waktu lama (kronis),
dapat menyebabkan gangguan telinga yang serius pada kucing.
Ear mite bergerak dan hidup di dalam saluran telinga. Tungau ini hidup
dengan memakan jaringan yang mati dan cairan seperti lilin yang
dikeluarkan oleh telinga. Tungau ini dapat menyebabkan iritasi dan
berlanjut menjadi infeksi.
Iritasi dan infeksi yang
berlangsung terus menerus dan berulang-ulang dapat menyebabkan kuit di
saluran teinga menebal. Akibatnya saluran teinga menyempit sehingga
fungsi pendengaran sedikit terganggu.
Biasanya tungau telinga
tidak menyebabkan rusaknya gendang telinga. Tetapi adanya infeksi
sekunder yang disebabkan bakteri atau jamur dapat menyebabkan kerusakan
selaput gendang telinga. Bila ini terjadi, infeksi telinga bagian tengah
yang parah dapat juga terjadi. Akibatnya hewan kehilangan keseimbangan,
disorientasi dan gangguan syaraf lainnya.
Tanda-tanda kucing terserang ear mite
Menggoyang-goyangkan /menggeleng-gelengkan kepala.
Mencakar/menggaruk telinga sehingga terihat adanya luka atau kemerahan di sekitar telinga.
Kotoran telinga berwarna coklat tua kehitaman, kering menyerupai serbuk kopi.
Kadang-kadang terlihat kerak-kerak kering di sekitar telinga bagian dalam.
Ditemukan adanya ear mite.
Darimana kucing tertular ear mite.
Ear mite berpindah dari inang satu ke inang lain melalui kontak fisik.
Ear mite berasal dari hewan lain atau kucing lain yang hidup bersama
kucing anda. Karena ear mite mudah sekali menulai melalui kontak fisik,
maka pengobatan ear mite harus dilakukan menyeluruh terhadap semua
kucing yang hidup bersama di rumah anda.
Ear mite sangat
menular di antara anjing dan kucing. Ada beberapa spesies ear mite yang
lebih suka menyerang anjing tetapi ada juga yang bisa menyerang
keduanya. Anak kucing dapat tertular ear mite dari induknya.
Ear mite juga dapat menyerang kelinci, hamster, marmut, gerbil, musang,
mencit, tikus, dll. Meskipun kadang dapat menyebabkan sedikit rasa gatal
pada kulit manusia, ear mite tidak menular & menyebabkan penyakit
kepada manusia.
Bahaya/akibat ear mite
Ear mite
dalam telinga sangat mengganggu, terasa gatal dan mengiritasi telinga.
Lebih lanjut dapat terjadi infeksi. Infeksi telinga yang tidak segera
ditangani dapat berlanjut menjadi berbagai penyakit serius, bahkan
hilangnya kemampuan pendengaran. Ear mite juga kadang dapat hidup di
bagian tubuh lain selain telinga dan menyebabkan penyakit kulit.
Manajemen pengobatan
Saat ini berbagai obat suntik dan obat tetes telinga untuk membasmi ear
mite telah banyak tersedia. Obat suntik (hanya di Dokter hewan)
biasanya merupakan golongan avermectin (ivermectin, selamectin, dll).
Supaya siklus hidup tungau dapat dihentikan, pemberian obat-obatan
suntik ini harus diulang dua minggu kemudian.
Berbagai merk
obat tetes telinga pembasmi ear mite dapat dibeli di petshop-petshop.
Obat tetes ini harus terus menerus diberikan selama 2-4 minggu hingga
semua ear mite terbasmi. Kekurangan obat tetes telinga adalah bila ear
mite menyebar ke bagian tubuh lain, diperlukan obat lain untuk daerah
tersebut.
Beberapa obat anti ektoparasit yang ditetes di
punggung/pangkal leher juga dapat digunakan untuk membasmi ear mite.
Contoh obat-obatan jenis ini adalah revolution (mengandung selamectin)
frontline (mengandung fipronil). Tetap perlu diperhatikan waktu
pemberian ulang obat-obatan tersebut tersebut agar siklus hidup ear mite
dapat dihentikan.
Semua kucing atau hewan lain (seperti
kelinci, marmut, hamster, musang) yang hidup bersama atau kontak fisik
dengan kucing juga harus diobati. Supaya tidak terjadi infeksi ulang
dari hewan lain dan ear mite dapat benar-benar tuntas terbasmi.
Referensi : drh. Neno Waluyo S.
Kembali ke Sebelumnya
Siklus/Daur Hidup Tungau Telinga (Ear Mite)
Seluruh siklus/daur hidup tungau telinga Otodectes cynotis, mulai dari
telur hingga dewasa memerlukan waktu sekitar 21 hari. Daur tersebut
melaui beberapa tahap dan mengalami perubahan bentuk.
Siklus/daur hidup ear mite (tungau telinga)
Tahap 1: Telur
Setelah dewasa, tungau betina biasanya bertelur setiap hari. Setiap
hari rata-rata menghasilkan 5 butir telur. Telur-telur tersebut
diletakan di saluran telinga kucing. Setelah 4 hari telur tersebut
menetas menjadi larva.
Tahap 2: Larva
Setelah menetas,
larva tungau hidup dan makan selama 4 hari kemudian beristirahat selama
24 jam. Selama masa istirahat tersebut terjadi pergantian kulit
(molting) menuju tahap berikutnya.
Tahap 3: Nimfa
Pada
tahap ini bentuk tungau sudah seperti bentuk dewasanya. Bentuk nimfa ini
terdiri dari dua fase yaitu protonimfa dan deutonimfa. Masing-masing
fase nimfa makan selama 3-5 hari, istirahat, kemudian molting menuju
tahap berikutnya.
Tahap 4: Tungau Dewasa
Tungau dewasa
berukuran + 0.4 mm, berwarna putih-krem atau kecoklatan dan dapat diihat
oleh mata telanjang. atau kaca pembesar. Tungau teinga hidup dengan
memakan sekresi telinga dan jaringan kulit saluran telinga yang
mengelupas. Tungau dewasa dapat hidup dan mencapai umur 2 bulan.
Tidak seperti demodex dan scabies, tungau telinga tidak membuat lubang
di tubuh induk semangnya. Dalam satu saluran telinga bisa terdapat
ribuan tungau dan dapat menular melalui kontak langsung.
Referensi : drh. Neno Waluyo S.
Kembali ke Sebelumnya
Penyakit Jamur Cryptococcus pada Kucing dan Hewan Lain
Indonesia adalah negara tropis dengan udara bersuhu relatif stabil dan
kelembaban yang tinggi. Kondisi udara seperti ini sangat cocok untuk
pertumbuhan berbagai macam jamur penyebab penyakit, salah satunya adalah
Cryptococcus neoformans. Jamur tersebut termasuk golongan kapang/ragi
(yeast).
Jamur ini berukuran sangat kecil dan tidak terlihat
mata telanjang, tetapi koloni yang berkembang biasanya terlihat seperti
lapisan berwarna krem-coklat dan berlendir. Kapang Cryptococcus
neoformans berada dimana-mana, biasanya tumbuh dan berkembang di kotoran
burung dan tumbuhan yang membusuk. Cryptococcus neoformans dapat
menyerang anjing, juga kucing, terutama saluran pernafasannya.
Penyebaran dimulai dari hidung, melalui aliran darah dapat menyebar ke
otak, mata dan paru-paru. Tetapi umumnya menyerang bagian hidung,
tenggorokan, jaringan wajah, mata dan otak.
Tanda-tanda kucing terkena Cryptococcus neoformans
Kucing yang terkena biasanya mengalami pembengkakan hidung, pilek
berat, luka pada hidung yang bengkak, suara nafas berat, kadang-kadang
disertai demam, pengelupasan kulit di sekitar wajah dan kepala,
pembengkakan kelenjar getah bening,gangguan syaraf dan mata.
Segera periksakan kucing anda ke dokter hewan terdekat, informasikan
pula pada dokter hewan tersebut kemungkinan terkena penyakit jamur
Cryptococcus neoformans ini. Dokter hewan anda akan memberikan obat yang
sesuai.
Perlu diperhatikan pula kalau penyakit ini bersifat
kronis, lama sembuhnya dan memerlukan pengobatan selama 1-2 bulan atau
lebih. Proses penyembuhan sangat tergantung terhadap parah-tidaknya
penyakit dan pemberian obat yang teratur.
Yang tidak kalah
penting penyakit ini dapat menular ke kucing lain. Penularan dapat
terjadi melalui kucing, anjing ataupun langsung dari lingkungan. Cucilah
tangan anda setelah mengobati kucing kesayangan.
Sumber : silakan dilihat di bawah sendiri
Kembali ke Sebelumnya
Pinjal (Kutu) dan Ektoparasit pada Kucing
Parasit pada hewan sebenarnya terbagi dua golongan yaitu ektoparasit
dan endoparasit. Golongan parasit yang hidup di dalam tubuh seperti
cacing, disebut endoparasit. Sedangkan yang hidup di tubuh bagian luar
seperti di kulit dan bulu disebut ektoparasit.
Berikut ini beberapa macam ektoparasit pada kucing :
Pinjal (Flea)
Pinjal inilah yang sering disebut sebagai kutu kucing. Pinjal berukuran
kecil 1-2 mm, berwarna coklat tua atau hitam, tubuh pipih, suka
meloncat-loncat. Bila kucing terserang pinjal, akan terlihat di sela
rambut kucing.
Siklus Hidup Pinjal (Flea)
Pengetahuan
mengenai siklus hidup pinjal diperlukan untuk menyingkirkan pinjal pada
kucing. Pinjal memiliki beberapa fase pada siklus hidupnya. Sebagian
besar masa hidup pinjal dewasa berada pada tubuh kucing. Pinjal relatif
cepat berkembang-biak.
Umur rata-rata pinjal sekitar 6 minggu,
tetapi pada kondisi tertentu dapat berumur hingga 1 tahun. Pinjal
betina bertelur 20-28 buah/hari. Selama hidupnya seekor pinjal bisa
menghasilkan telur hingga 800 buah. Telur bisa saja jatuh dari tubuh
kucing dan menetas menjadi larva di retakan lantai atau celah kandang.
Pertumbuhan larva menjadi pupa kemudian berkembang jadi pinjal dewasa
bervariasi antara 20-120 hari.
Karena obat anti kutu hanya
membunuh pinjal dewasa, pemberian obat anti kutu perlu disesuaikan agar
siklus hidup pinjal bisa kita hentikan. Pemberian obat perlu diulang
agar pinjal dewasa yang berkembang dari telur dapat segera dibasmi
sebelum menghasilkan telur lagi.
Baca juga : Cara Membasmi Kutu Pinjal Kucing
Tungau (Mite & Lice)
Tungau yang sering menyerang kucing ada beberapa macam dengan gejala
yang mirip. Beberapa tungau yang menginfeksi telinga disebut ear mite,
ada yang menyebabkan kulit terkelupas seperti ketombe, dan ada juga yang
hidup di bawah kulit seperti demodex dan scabies. Tungau berwarna putih
atau krem, karena ukurannya yang kecil agak sulit dilihat dengan mata
biasa.
Baca juga :
Ear Mite (Tungau) pada Telinga Kucing dan Hewan Lain
Siklus/Daur Hidup Tungau Telinga (Ear Mite)
Caplak (Tick) pada Anjing
Kutu jenis ini sering sekali terlihat di anjing, dan jarang sekali
terlihat pada kucing. Ukuran caplak relatif besar, sekitar 0.3 - 1 cm.
berbentuk gepeng dengan proporsi badan lebih besar daripada kepala,
berwarna coklat tua atau hitam. Bila telah kenyang menyedot darah, badan
caplak akan bengkak dan membulat. Bagi anda yang memelihara anjing
sekaligus kucing, maka ada peluang kucing anda tertular kutu jenis ini.
Sumber : silakan dilihat di bawah sendiri
Kembali ke Sebelumnya
Scabies : Tungau Penyebab Penyakit Kulit pada Kucing
Scabiesis adalah penyakit kulit yang disebabkan tungau (sejenis
kutu)scabies/sarcoptes. Penyakit ini sering menyerang anjing, kucing,
kelinci dan dapat juga menular ke manusia. Sebagian besar scabiesis pada
anjing dan kelinci disebabkan oleh tungau sarcoptes scabiei, sedangkan
notoedres cati lebih sering menyebabkan scabiesis pada kucing. Selain
notoedres cati, Sarcoptes scabiei juga dapat menyerang kucing.
Tungau Notoedres cati, siklus hidup & cara penularan.
Scabiesis pada kucing lebih sering disebabkan notoedres cati, seperti
halnya sarcoptes scabiei yang lebih sering menyerang anjing. Tungau ini
berukuran sangat kecil (0.2-0.4 mm), hanya bisa dilihat dengan mikroskop
atau kaca pembesar.
Seluruh siklus hidup tungau ini berada di
tubuh induk semangnya. Tungau betina menggali dan melubangi kulit
kemudian bertelur beberapa kali sambil terus menggali saluran-saluran
dalam kulit induk semangnya. Lubang-lubang dalam kulit yang digali
seekor tungau betina dapat mencapai panjang beberapa centimeter.
Setelah bertelur beberapa kali, tungau betina mati. Dalam waktu 3-8
hari telur menetas menjadi larva berkaki enam. Larva yang telah dewasa
berubah menjadi nimfa yang mempunyai delapan kaki. Nimfa dewasa berganti
kulit menjadi tungau dewasa. Dalam saluranyang telah digali tungau
betina tersebut, tungau dewasa melakukan perkawinan dan proses daur
hidup berulang kembali. Satu siklus hidup memerlukan waktu 2-3 minggu.
Scabiesis dapat menyerang kucing pada semua umur, baik jantan maupun
betina. Penularan penyakit kulit ini terjadi melalui kontak fisik antar
kucing atau kontak dengan alat-alat yang tercemar tungau seperti sisir,
kandang, dll.
Tanda & gejala terserang Scabies.
Tanda-tanda awal terkena penyakit ini biasanya berupa rontok dan gatal
disekitar telinga. Dipinggiran daun telinga terlihat ada kerak berwarna
putih. Penyakit dapat menyebar dengan cepat ke daerah sekitar wajah,
leher, hidung dan kelopak mata. Kadang-kadang tungau juga dapat menyebar
hingga ke daerah perut dan telapak kaki.
Rasa gatal yang
timbul menyebabkan kucing sering menggaruk-garuk. Infeksi kronis/lama
dapat menyebabkan penebalan dan keriput pada kulit ditutupi oleh
kerak-kerak berwarna abu-abu kekuningan. Infeksi yang parah
mengakibatkan luka dan berkembang menjadi infeksi sekunder.
Diagnosa.
Penyakit ini sering tertukar dengan penyakit kulit yang disebabkan oleh
jamur (ringworm). Diagnosa penyakit biasanya dilakukan dengan cara
memeriksa kerokan kulit dibawah mikroskop. Biasanya dalam kerokan kulit
tersebut ditemukan banyak tungau.
Pengobatan.
Obat
klasik yang sering digunakan untuk mengatasi penyakit ini adalah
sulfur/belerang. Sulfur juga merupakan obat klasik penyakit kulit yang
disebabkan oleh ringworm/jamur. Mandikan kucing dengan shampoo/sabun
yang mengandung sulfur, kemudian dicelup (dip) dengan cairan sulfur 2-3
%. Mandi dan dip sulfur dilakukan setiap tujuh hari sampai sembuh.
Setidaknya diperlukan 6-8 kali mandi hingga penyakit sembuh.
Cara lain yang sering digunakan adalah injeksi obat golongan avermectin
seperti ivermectin, doramectin atau selamectin. Suntikan inilah yang
sering salah kaprah disebut sebagai suntik jamur, seperti juga kesalahan
diagnosa scabies yang sering salah kaprah disebut sebagai jamur.
Lihat juga : Suntikan Anti Jamur Tidak Membunuh Jamur
Setidaknya diperlukan dua kali suntikan ivermectin dengan selang waktu 2 minggu, agar penyakit dapat sembuh total.
Bila dalam satu rumah terdapat beberapa ekor kucing, Pengobatan yang
sama juga harus diakukan terhadap kucing lain. Karena bila tidak
diobati, ada kemungkinan terjadi infeksi ulang dari kucing lain yang
tidak diobati, akibatnya penyakit ini tidak pernah sembuh secara tuntas.
Pencegahan.
Mencegah lebih baik daripada mengobati.
Pencegahan bisa dilakukan dengan cara menghindari kontak dengan kucing
liar atau kucing yang telah terkena penyakit ini. Kucing yang tinggal di
dalam rumah biasanya jarang sekali terkena penyakit ini.
Cuci dan desinfeksi alat-alat grooming seperti sisir, sikat, dll setelah digunakan pada kucing yang terkena penyakit ini.
Hindari penitipan hewan atau tempat grooming yang tidak mempunyai
sanitasi/kebersihan yang baik. Perhatikan juga apakah alat-alat grooming
di desinfeksi sebelum digunakan terhadap kucing lain.
Bila
salah satu kucing menunjukan gejala penyakit ini, segera isolasi dan
cegah kontak dengan kucing lain yang masih sehat. Mandikan dengan
shampoo khusus atau bawa ke dokter hewan untuk pengobatan.
Bisakah menular ke manusia ?.
Seperti juga tungau lain yang termasuk dalam keluarga sarcoptes,
notoedres cati dapat menyerang manusia. Sepertihalnya pada kucing,
scabies juga menyebabkan kemerahan dan gatal-gatal pada kulit manusia.
Pada bagian yang terasa gatal biasanya terbentuk semacam benjolan kecil
seperti jerawat, di dalamnya terdapat cairan. Bila pecah karena terus
digaruk, tungau yang terdapat di dalamnya bisa menyebar ke daerah di
sekitarnya. Rasa gatal yang ditimbulkan oleh tungau scabies cukup
mengganggu.
Pada manusia biasanya penyakit ini bersifat
sementara dan sembuh dengan sendirinya. Beberapa orang mungkin mempunyai
kekebalan tubuh yang kurang baik dan cenderung lebih sensitif terhadap
serangan scabies ini.
Pengobatan dan pencegahan bisa dilakukan
dengan mencuci tangan atau bagian yang gatal dengan sabun yang
mengandung sulfur seperti JF Sulfur. Obat lain yang bisa digunakan
adalah salep scabicid.
Referensi : drh. Neno Waluyo S.
Kembali ke Sebelumnya
Membasmi Ringworm : Jamur Penyebab Bulu Rontok
Ringworm disebabkan oleh jamur yang hidup di kulit dan bulu. Ada
beberapa spesies jamur yang hidup di kulit dan bulu, salah satu spesies
yang cukup bandel dan sering menyerang kucing & anjing adalah
Microsporum canis.
Tanda-tanda hewan terserang ringworm adalah :
Bulu rontok dan patah-patah, kadang disertai sisa-sisa kulit kering yang menyerupai ketombe.
Kulit kering yang mengelupas kadang menyerupai sisik.
Daerah kerontokan bulu biasanya berbentuk lingkaran (circular).
Kadang hewan yang terserang hanya mengalami sedikit kerontokan/bulu patah di bagian wajah dan telinga.
Biasanya puncak kerontokan pada kucing terlihat dalam waktu 5 minggu sejak kontak dengan Microsporum canis.
Beberapa hewan (terutama kucing) dapat terinfeksi dan menjadi carrier,
menularkan jamur pada hewan lain. Pada kucing berbulu pendek dan
mempunyai kekebalan tubuh yang baik, Ringworm dapat sembuh sendiri dalam
waktu 4-6 bulan. Kucing dengan sistem kekebalan tubuh yang baik dapat
terinfeksi tetapi sama sekali tidak menunjukan gejala tertular. Namun
tidak ada jaminan kucing ini tidak menjadi carrier.
Ringworm
menyebar melalui kontak dengan bulu atau ketombe yang terinfeksi dan
mengandung spora. Spora jamur terdapat tersebar dimana-mana seperti di
lantai, bulu yang rontok, kandang, peralatan makan dan minum kucing,
tempat tidur kucing, dsb. Hewan yang masih muda dan tua rentan terhadap
infeksi jamur ini.
Ringworm merupakan masalah yang sedikit
sulit diatasi pada cattery, breeder atau pada pemeliharaan kucing
berjumlah banyak. Induk kucing bisa saja tidak menunjukkan adanya gejala
ringworm. Tapi begitu anaknya lahir dan berumur beberapa minggu,
ringworm terlihat mulai menyerang anak kucing. Artinya cattery atau
breeder tersebut tidak bebas ringworm.
Berbagai cara membasmi
ringworm bertujuan menghilangkan jamur dan spora jamur dari tubuh kucing
dan lingkungan sekitar (kandang, lantai, peralatan kucing, dll).
Menghilangkan jamur penyebab ringworm dari tubuh kucing gampang-gampang
susah dan dibutuhkan teknik kerajinan tersendiri agar jamur tidak muncul
kembali.
Membasmi Ringworm pada Tubuh Kucing
Cara
menghilangkan jamur penyebab ringworm dari tubuh kucing yang paling baik
adalah dengan kombinasi 2 cara pengobatan, yaitu pengobatan secara
topikal (pengobatan luar : salep, obat gosok, shampoo) dan obat oral
(makan). Salep dan obat gosok bisa digunakan untuk menyembuhkan ringworm
yang terlokalisasi (terpusat). Sedangkan untuk membasmi spora dan
ringworm yang luas daerahnya atau carrier, sebaiknya ditambah dengan
penggunaan shampoo anti jamur.
Banyak pilihan obat anti jamur
yang dapat diberikan pada kucing. Karena sifat jamur yang agak bandel,
obat oral pun diberikan untuk jangka waktu agak lama. Tergantung jenis
obatnya, jangka waktu pemberian obat bervariasi mulai dari beberapa
minggu hingga beberapa bulan. Sayangnya sebagian besar obat oral
mempunyai efek samping kurang baik, apalagi bila digunakan untuk jangka
panjang. Beberapa reaksi buruk terhadap obat bisa saja muncul, oleh
karena itu pemberian obat harus diawasi dengan seksama oleh dokter
hewan.
Pilihan Obat Oral
Griseofulvin.
Durasi
pemberian obat : 4-6 minggu atau lebih. Efek samping : cacat pada fetus
kucing (jangan diberikan pada kucing bunting), gangguan pencernaan,
nafsu makan berkurang atau hilang, penurunan aktivitas sumsum tulang,
demam.
Itraconazole (Sporanox).
Durasi : 2 X 2 minggu sekali.
Diberikan bersama makanan berlemak untuk meningkatkan penyerapan obat.
Efek samping : cacat pada fetus kucing (jangan diberikan pada kucing
bunting), hilang nafsu makan, kadang-kadang muntah, gangguan enzim hati
(jarang). Jika nafsu makan hilang dosis obat diberikan bertahap selama
dua hari, tingkatkan dosis obat bila tidak ada reaksi muntah lagi.
Fluconazole setiap hari atau selang satu hari selama beberapa minggu.
Efek samping : cacat pada fetus kucing (jangan diberikan pada kucing
bunting), gangguan hati.
Lufenuron (belum tersedia di Indonesia).
Diberikan setiap dua minggu sekali selama masa pengobatan. Obat ini
sangat efektif membasmi jamur tetapi relatif aman dibandingkan
obat-obatan lainnya, diberikan 2 minggu sekali.
Ketoconazole sering
digunakan sebagai anti jamur. Biasanya diberikan bersamaan dengan
makanan berlemak agar penyerapan obat lebih baik. Efek samping : cacat
pada fetus kucing, mual, muntah, hilang nafsu makan.
Tanyakan
dosis, frekuensi serta jangka waktu pemberian obat pada dokter hewan
langganan Anda. Perlu diingat pemberian obat-obatan di atas dalam jangka
waktu beberapa minggu dapat mengganggu keseimbangan flora normal usus.
Akibat yang mungkin terjadi adalah diare atau feces lembek untuk
beberapa lama. Feces akan normal kembali setelah keseimbangan flora usus
kembali normal.
Pilihan/alternatif obat luar (topikal) :
1. Obat Gosok & Salep
Sebagian besar obat gosok hanya bisa didapat di Apotik dengan resep
dokter hewan. Obat gosok cocok digunakan pada kasus ringworm lokal atau
terfokus di beberapa tempat selain bagian wajah kucing. Kekurangan obat
gosok yaitu warna obat yang berbekas pada bulu kucing dan bau yang
sedikit menyengat. Selain itu obat gosok agak sulit digunakan pada
daerah disekitar mata kucing karena dapat menyebabkan iritasi jika masuk
ke mata.
Sepertihalnya obat gosok, salep anti jamur cocok
digunakan pada kasus jamur yang terfokus di beberapa tempat. Umumnya
salep mudah dibersihkan dan tidak meninggalkan bekas kecoklatan pada
bulu. Kekurangannya salep bersifat lengket dan cenderung membuat bulu
menggumpal (gimbal).
2. Shampoo dengan bahan aktif Ketoconazole.
Shampoo dengan bahan aktif ketoconazole 2 % seperti fungasol, dapat
dibeli di apotik atau supermarket. Pastikan konsentrasi bahan
ketokonazol yang terdapat pada kemasan adalah 2 %. Konsentrasi 1%
seperti yang terdapat pada nizoral SS, kurang tuntas membasmi jamur
Microsporum dan Trichophyton penyebab ringworm. Sebagian kecil populasi
kucing alergi terhadap bahan ketoconazole. Segera hentikan penggunaan,
bila reaksi alergi muncul pada saat memandikan. (lihat cara memandikan
kucing dengan shampoo obat).
3. Shampoo dengan bahan aktif Povidone Iodine.
Shampoo BetadineĆ¢„¢ dengan bahan aktif povidone iodine 4 %, bisa di
beli di Apotik atau supermarket. Shampo ini berwarna coklat tua seperti
Betadine. Shampoo tidak meninggalkan bekas pada bulu jika dibilas dengan
bersih. Shampo ini cukup efektif membasmi jamur, bila digunakan dengan
benar (lihat cara memandikan kucing dengan shampoo obat). Hati-hati
dengan reaksi alergi terhadap povidone iodine, sepertihalnya pada
shampoo ketoconazole.
Baca juga : Cara Memandikan Kucing dengan Benar
4. Lime sulfur (belerang) 0.5-5 %
Belerang adalah obat klasik untuk membasmi jamur. Larutan belerang
0.5-5 % bisa dipergunakan obat anti jamur. Kucing dimasukkan (celup)
kedalam cairan belerang tersebut dan ratakan cairan ke seluruh badan.
Kemudian keringkan dengan handuk dan hairdryer (pengering rambut).
Biasanya dengan 2-4 kali pengobatan, jamur sudah bisa dikendalikan.
Kekurangan pengobatan ini adalah bau sulfur yang bisa menyebabkan
hilangnya nafsu makan kucing. Selain itu bisa juga digunakan obat
semprot (spray) yang mengandung belerang. Obat spray & larutan
belerang tersebut bisa didapatkan di petshop-petshop.
Salep
dan obat gosok biasanya digunakan 1-2 x sehari. Shampoo obat dan larutan
belerang biasanya digunakan 2 x seminggu selama beberapa minggu.
Cara-cara & obat-obatan topikal di atas adalah pilihan tetapi dapat
juga digunakan bersama sekaligus. Seperti Shampoo & obat gosok atau
shampoo dan larutan belerang atau obat gosok, shampoo & larutan
belerang. Jadwal pemberian masing-masing obat pun perlu diatur
sedemikian rupa agar hasilnya maksimal.
Referensi : drh. Neno Waluyo S.
Sumber :
Tulisan pada halaman ini dari berbagai sumber, antara lain dari
kucing.biz sendiri dan dari dompi.co.id, flamboyan.co.id,
kucingkita.com, surabayacatlover.blogspot.com, dsb yang telah disempurnakan (diupdate) isi atau materinya.
Bila anda ingin mengcopy tulisan maupun gambar2 pada situs ini, silakan
saja, tidak masalah, hitung2 turut mencerdaskan masyarakat dan nambah
amal plus pahala. Tentu saja jangan lupa mencantumkan sumbernya, yaitu
"kucing.biz" Ok, salam kucing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar